$(function() { var siteURL = "http://" + top.location.host.toString(); var $internalLinks = $("a[href^='"+siteURL+"'], a[href^='/'], a[href^='./'], a[href^='../'], a[href^='#']"); $internalLinks.click(function() { $('#page-loader').fadeIn(1500).delay(6000).fadeOut(1000); }); // Hilangkan overlay saat diklik untuk mengatasi gangguan, terutama jika link internal diset dengan target='_blank' $('#page-loader').click(function() { $(this).hide(); }); });

About

Loading...
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat datang dan Salam Blogger ! Website ini merupakan wahana informasi, komunikasi, kreasi, dan prestasi. Di samping itu, kami mencoba menyampaikan wacana yang berhubungan dengan materi sekolah maupun pembelajaran. Semoga bermafaat bagi kita semua. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Selasa, 31 Desember 2013

Jalan Takdir


Akankah asa terakhir ini harus terkikis lagi
Meninggalkan jasad yang kini mulai mati

Apa yang ada dibalik ujung takdir itu ?
Terselubung tirai pengap membisu

Mungkinkah kekosongan haru seperti dulu
Atau raihan tawa yang lama tak menghinggapiku

Ataukah semua tak ubahnya seperti bayang semu
Yang tak tahu harus kuhempas atau kubawa berlalu

Hingga kini langkahku sudah membeku
Tapi tak sejenakpun ujung takdir menyapaku

Ataukah waktu memang sengaja menyembunyikan ujung takdirku ?

Dunia Sepi



Termangu aku terdiam dalam sebuah kesendirian
Meskipun tanpa bergelayut irama kebosanan
Dibelakangku, sebuah bisikan membahana,

"Mengapa engkau terpaku sendiri dalam keramaian ini ?"

Ketika kuhampiri, suara itu sudah tenggelam
Aku pun tertunduk lesu memaknai suara-suara itu

"Kapankah engkau akan mengakhiri kesepian ini ?"
Suara itu datang lagi, meski kali ini terlalu lirih

'Wahai sahabat, siapa sebenarnya dirimu ?'
Teriakku dalam suara parau

"Ha...ha...ha... sekian waktu aku selalu mengiringi langkahmu Tetapi engkau tidak paham siapa aku ? Sungguh bodoh engkau ?"
Tawa sinis itu kini membahana dalam ruang jiwaku

"Aku adalah makhluk dalam senyap dan jiwa-jiwa yang berselimutkan sunyi, Tidakkah engkau sadar ?"

Akhirnya suara itu pergi berbaur dengan gemuruh angin barat

Dan pelan-pelan aku menyadari
Kini aku terjebak dalam dunia sepi

Bilangan Kesedihan


Kesedihan itu ternyata berbilang
Tak pernah satu kali trus menghilang

Memang beginilah kehidupan!
kemarin kita tertawa, hari ini justru kita penuh derita

Tapi kenapa harus aku?
Begitu bencikah Tuhan padaku?
Hingga semua direnggut dari kehidupanku

Kenapa bukan mereka saja?
Sesekali juga mereka butuh merasakan derita
Bukan hanya tertawa, tertawa menghina
Begitu rupa, sehingga deritaku seolah tak kasat mata

Kesedihan itu memang berbilang
Hadir sekali, tapi seribu kali akan dikenang kemudian

Aku masih berharap ada tawa riang
Menemani hidupku di berbagai ruang
Tapi inilah kehidupan
Kadang kita hanya terbuai dalam angan-angan

Dan sekali lagi, kesedihan itu berbilang
Kadang aku tak siap dan mengharapnya menghilang

Tapi aku selalu yakin,
Tuhan masih sayang

Langit Tak Mengerti


Saat hati mulai kau sakiti
Saat raga ini mulai acuhkan
Aku mulai berfikir tentang diriku lagi
Apa yang salah dengan caraku mencintainya
Apa yang kurang dari diriku yang tak kusadari, hingga membuatnya pergi
Terus dan terus berpikir, hingga akhirnya kutemukan jawaban yang sederhana
Nyatanya tak ada yang salah
Hanya saja cinta yang kucintai tak mencintaiku lagi
Mungkin ini menyakitkan
Namun bahagia telah melihat ujungnya
Jawaban yang tetap sederhana
sayangku tak menyayangiku lagi
Tak mengapa,, ‘’aku mengerti’’..

Senin, 30 Desember 2013

Rinduku


Dengan apa harus ku artikan rinduku
Rinduku tak seperti pagi yang rindukan mentari,
Tak juga seperti malam yang rindukan rembulan
Rinduku tak hadirkan kepastian tentang perjumpaan….
Rindu menjadikan jarak semakin jauh,
Menjadikan waktu semakin panjang,
Menjadikan hitam semakin kelam
Hanya kepedihan yang terlahir
Semua berawal dari rindu yang tak terobati
Perpisahan…Kehilangan…
Semuanya menyatu menjadi kesedihan yang menghanyutkan,
Bermutasi menjadi rasa sakit…
semuanya karena kerinduan yang pahit
Tak ada penantian dalam rinduku
karna memang tak ada yang bisa ku nantikan
Kematian hanya janjikan perpisahan
bukan perjumpaan
Rindu…
Rasa ini semakin menjadi-jadi
Tatkala tabir rasa masa lalu kembali tersibak
Rasa ini akan abadi…
Seabadi bayang dirinya….

Sepintas Kenangan dalam senja


renggang sinar pelangi itu menaburkan sejuta senyummu
berjuta cahaya berbinar lirih,
mencoba menggapai gemingan irama
alur drama dalam dunia…
mengisahkan sepintas kenangan,
yang tenggelam terpaut bersama hujan
lembaran usang masih tersenyum manis, menyinari tarian awan
batas dan sisi dunia menggapai pedih,
tuliskan halaman cerita
sejenak pikirku tereka rasa,
sorotan indah kenangan lama
hamparan luas dunia ,
hanya sekejap berbaur rasa
meninggalkan pedih,
sebuah cerita berhias perih
aku beranjak dan bertahan pada tautan jalan penuh tangisan
bersama angan yang kau tinggal
hadir kembali dalam rindu yang menerjang.

Kepergianmu


Semenjak engkau pergi
Sampai kini,
Sampai mata yg selalu melihat kilauanmu ini, sudah terbuka juta’an kali di embun pagi,
Aku masih tak bisa redupkan kontrasmu dari nurani hati..
Bayangmu masih lembabkan setiap ruang hampa syair cinta ini,
Teruslah berjalan,.
Biarkan aku disini, sendiri
Menyalin setiap pergerakanmu kasih,
Tak usah kau hiraukan
Aku tak apa..
Aku hanya ingin hayati dongeng yg pernah ada diantara kita…

Harapan Menyanding Langit


Sudah lama aku tak bertemu dengannya..
Ingin rasanya aku bermain
waktu masa kecilku dengannya..
Hari Demi hari..
Aku berusaha tuk melupakanmu..
Tapi tak kenapa rasa rindu ini
datang begitu saja..
Siang dan malam hatiku..
Selalu keingat denganmu..
Mungkinkah ini tanda rinduku denganmu?
Aku tuliskan surat rinduku untukmu..
Tetapi surat itu tak pernah sampai ditanganmu..
Meski surat rinduku tak sampai..
Aku selalu mencoba tuk mencarimu
diberbagai kota..
Dengan penuh semangat tuk mencarimu..
Kini akhirnya kita bertemu jua..
 
Loading...